Bicara momentum, film yang awalnya berjudul Normal Baru ini termasuk yang cukup telat dalam perilisannya. Mungkin itu juga yang jadi faktor pergantian judul ke Mertua vs Menantu, karena yang lebih tersorot adalah dinamika hubungan Bianca (Velove Vexia) dengan Ibu Mertua, Hany (Ira Maya Sopha).
Kenapa saya bilang cukup telat? Karena jika rilis saat suasana pandemi Covid-19 masih menggila, cerita yang ditawarkan Mertua vs Menantu akan lebih 'kena' ke penonton karena mengambil latar saat Covid-19 mulai mewabah berikut rentetan efeknya. Meskipun begitu, dirilis di masa saat ini bisa sebagai pengingat kita pernah ada di momen-momen ketidakpastian seperti isolasi di rumah, sekolah online, penutupan fasilitas umum dan sebagainya. Tanpa promosi apapun, film ini langsung dirilis di platform Prime Video tanggal 29 Agustus yang lalu. di tengah gempuran film bioskop yang makin menggeliat pasca pandemi. Akibatnya film ini kurang mendapat gaungnya di publik.
Bianca dan suaminya, Risyad (Morgan Oey) awalnya hidup dengan aman-aman saja. Memiliki satu anak, Bira (Abiyyu Barakbah), sepupu yang tinggal bersama, Tomi (Chicco Kurniawan), juga dua sahabat, Melissa (Panendra Larasati) dan Ica (Rachel Amanda). Sampai di satu waktu sang mertua, Hany datang dari Kalimantan. Hubungan Bianca dan mertuanya kurang baik. Hany yang bersikap ketus, Bianca yang bingung dan tidak nyaman dengan sikap ketidakpedulian mertuanya. Saat jadwal kepulangan Hany, pandemi Covid-19 mulai mewabah yang menyebabkan penutupan bandara dan maskapai penerbangan. Maka mau tidak mau Bianca harus bertahan lebih lama untuk tinggal dengan mertuanya.
Seperti yang sudah disebutkan, pergantian judul film menjadi Mertua vs Menantu memang relevan jika melihat jalinan alur dan cerita yang dibawa. Setelah babak kemunculan Covid-19, kehidupan dan kebiasaan Bianca satu per satu mulai berubah. Risyad yang baru saja bekerja di perusahaan travel mengalami dampak pengurangan jam kerja dan gaji akibat regulasi perjalanan yang diperketat. Mbok Nah yang mengurus rumah harus pulang kampung dan itu membuat Bianca menggantikan pekerjaan rumah dan mengurus Bira yang biasanya selalu dilakukan Mbok Nah, termasuk untuk sekolah online. Belum lagi kehadiran mama mertua yang tidak bersikap baik kepadanya.
Interaksi Bianca dan Hany makin sering ditampilkan sepanjang durasi, baik yang menyangkut urusan rumah atau usaha mempertahankan perhatian Risyad. Film yang disutradarai Pritagita Arianegara ini luwes dalam memaparkan dinamika hubungan antara mertua dengan menantu yang berselisih apalagi makin diperkuat oleh penampilan para pemain khususnya Ira Maya Sopha yang begitu meyakinkan saat berlakon sebagai mertua galak.
Selain hubungan keduanya, cerita dan konflik yang berbalut suasana pandemi Covid-19 ini juga tampil dengan isu yang berkaitan dengan suasana saat itu. Apalagi Risyad yang diceritakan baru saja pulang dari Singapura saat kasus pandemi mulai mewabah di Indonesia. Ada momen saat ia harus menjalin isolasi selama 14 hari namun porsinya hanya tampil sekelebat karena film harus membawanya tampil sebagai penengah antara Bianca dan Hany.
Bila memakai judul sebelumnya, cerita ini akan berada kuat di posisi Bianca, dan itu diperjelas pada salah satu dialognya yang menyatakan ingin kembali ke situasi normal seperti dulu, sebelum pandemi dan Ibu Mertua datang. Babak pertengahan film kurang menggali bagaimana struggle Bianca dan Risyad akibat pandemi terutama masalah finansial yang sudah di wanti-wanti sejak awal. Hingga film memberi satu lagi konflik baru menuju akhir ceriita terkait alasan Hany datang ke Jakarta yang menjadi puncak ketegangan mertua dengan menantu. Disinilah momen-momen emosional makin terasa, dan Ira Maya Sopha sekali lagi membuktikan kapasitasnya sebagai aktor senior saat momen pengakuan di pemakaman. Suara batin kesepian orang tua yang hidup seorang diri dan dijauhkan oleh anaknya berhasil ditumpahkan dengan maksimal oleh beliau.
Film ini menggunakan hampir 90 persen latar indoor dalam penceritaaan. Apalagi dengan adanya momen pandemi, praktis suasana yang ditampilkan lebih banyak berkutat di lingkungan rumah Bianca dan Risyad. Memakai latar yang itu-itu saja akan berdampak flat dalam hal visual, tapi film masih memperhatikan dengan baik set artistik dengan warna-warni yang tampil cerah. Kembali, jika bicara momentum film ini akan lebih terasa pas saat rilisan via OTT masih hangat di era setahun sampai dua tahun lalu, terlebih dengan memasukkan unsur kondisi saat awal pandemi menyerang dan suasana film yang minim lokasi. Penceritaan tampil cukup baik dengan menggunakan fase pandemi Covid-19 sebagai perekat hubungan antar anggota keluarga. Judul film yang sudah menegaskan konflik penting yang dibawa, dibalut drama pandemi Covid-19 menuju normal baru untuk Bianca, Hany, dan juga Risyad.
8.0/10
Share This :


0 comments